Selepas berkenalan dengan kota Padang dan teman Couchsurfing, Nanda, hari kedua saya diisi dengan agenda utama, yaitu International Conference on Culture, Art, and Humanities di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas (Unand). Saya sudah mendaftar sebagai presenter dan kebagian sesi presentasi jadwal pukul 13.00 WIB.
Di kampus Unand juga, saya sekalian mau reuni sama Uni Rika, teman kuliah di Unpad dulu. Kebetulan Uni dosen di Unand. Selain itu, ada teman sekelas dari Depok yang juga ikut seminar, Bu Emma. Saya emang udah berniat, mau mengenalkan Bu Emma ke Uni Rika pula.
Saya berangkat dari hotel Alifa Syariah di Jalan Bundur menuju kampus dengan menggunakan ojek online berplatform Gojek. Kebetulan, Gojek baru beberapa waktu beroperasi di Padang. Beruntungnya, di seluruh pojok kota sudah berseliweran Gojek dengan atributnya. Jadinya, saya bisa leluasa bepergian dan mudah menuju spot mana saja yang saya mau.
Beda jauh dengan Bandung. Sampai sekarang, saya masih tidak nyaman bepergian dengan transportasi online, khususnya ojek. Itu karena ojek konvensional dan angkot yang masih belum bisa membuka pikiran dan mata hati mereka untuk bersaing. Jadinya, tidak mudah menggunakan layanan Gojek, Grab, atau Uber, khususnya di banyak kawasan yang masih tergolong zona merah. Konsumen berasa kriminal karena harus kucing-kucingan, sopirnya juga kasihan karena harus "mempertaruhkan" keamanan dan keselamatan. What a Smart city (wanna be!).
Sampai di kampus Unand, saya langsung menuju aula utama tempat acara berlangsung. Selain mengikuti serangkaian acara termasuk sesi presentasi, saya juga menyempatkan ketemuan sama seorang teman Couchsurfing yang sebelumnya juga menawarkan buat nge-host. Cicil, namanya. Alumni Unand dan juga dosen. Tapi, kami gak bisa ngobrol lama-lama berhubung agenda acaranya padat.
Ada kesan tersendiri mengikuti seminar ini dibanding seminar lain yang biasa saya ikuti. Karena seminarnya tentang kebudayaan, maka nuansa Padang kental sekali. Pembicara kuncinya salah satunya Tan Sri Dr. Rais Yatim, mantan menteri luar negeri Malaysia yang juga keturunan Minangkabau. Rasi membahas pentingnya pelestarian budaya serumpun, khususnya budaya Minang. Di antara dengan memiliki kesadaran bahwa pendidikan seharusnya tidak harus selalu berorientasi ke Barat, melainkan nilai-nilai "Timur" yang kita miliki bisa digali sebagai sumber pengajaran dalam pendidikan tinggi kita. Selain itu, Rais juga mengingatkan untuk selalu menjaga bahasa Melayu sebagai lingua franca dan melestarikan bahasa daerah, termasuk bahasa Minang yang saat ini mulai ditinggal anak zaman sekarang (bilang kids zaman now, better you go! hehe).
Baso Malang dan Kue Artis
Selesai mengikuti seminar, para presenter sebenarnya diundang untuk makan malam di sebuah restoran hidangan laut malam nanti. Seminar sendiri baru selesai pukul 17.00 WIB. Bu Emma ngajak saya buat cari makanan berhubung makan siang dari panitia berupa aneka makanan Padang yang super laziz belum mengenyangkan perut kami. Kudapan ringan dari panitia pun ajib-ajib sampe-sampe Bu Emma pengen beli kue serupa dan nanya kontak si penjualnya ke Uni Rika. Tapi, memang pada hakikatnya saya dan Bu Emma memang sama-sama pecinta segala macam makanan :D
Kegiatan seharian ternyata bikin badan juga lumayan cape. Jadi, ajakan buat Bu Emma buat cari makan langsung setelah selesai acara lebih oke ketimbang nunggu makan malam yang disediakan panitia. Lagi pula, yang saya bayangkan, malam itu bakal dihabiskan buat tidur lebih awal. Walhasil, pilihan saya dan Bu Emma jatuh ke bakso Malang. Biar antimainstream aja, jalan-jalan ke Padang makannya malah menu Malang, hehe. Dan, Uni Rika merekomendasikan Bakso Malang Mas Pepen yang katanya terkenal di Padang. Meluncurlah saya dan Bu Emma ke Mas Pepen di Jalan Perintis Kemerdekaan yang dikenal dengan daerah Jati. Kami masing-masing naik ojek yang sudah beberapa kali driver-nya adalah mahasiswa Unand.
Setiba di Bakso Malang Mas Pepen, kami langsung pesan dua porsi bakso Malang plus jus. Ternyata pilihan menunya banyak. Tempatnya pun ramai tapi cukup nyaman karena tidak terlalu berisik. Tampaknya orang-orang baru pulang kerja dan mampir ke bakso Malang yang ternyata rasanya beneran sesuai rekomendasi. Sambil ngobrol-ngobrol, Bu Emma tiba-tiba terpikir buat beli kue artis yang sepanjang jalan baligo-nya banyak dipampang. Maklum, artisnya ganteng kayak Dude Herlino. Dan, memang ternyata beneran dia.
Terus, kami searching alamat kue artis yang namanya Lapis Nantigo itu. Begitu googling, ternyata ada kue artis lain juga yang lagi hits di Padang, meski si artisnya juga sebenarnya tetangga kami, sama-sama orang Sunda, hehe. Setelah membandingkan tampilan dan strategi tim marketing dalam memvisualisasikan kenikmatan yang mereka janjikan, pilihan jatuh ke Minang Mande Cake "milik" Rossa. Foto kuenya lebih terlihat menggiurkan :lol: Kami pun berencana langsung membeli Minang Mande Cake itu setelah pulang dari Mas Pepen.
Ternyata Bu Emma tinggal di hotel yang sama dengan saya. Ceritanya suprise gitu 😯 karena konon dia tiba tengah malam tadi. Singkat cerita, kami pun menuju Minang Mande Cake dengan naik GoCar. Bu Emma tampak semangat membeli kue dan saya lebih semangat untuk segera menyantapnya karena ternyata Bu Emma yang mentraktir 😁 Bu Emma memilih dua kue rasa keju dan lemon. Sebelum pulang, tidak lupa foto rame-rame yang kakak-kakak penjualnya sekaligus selfie di spot foto yang disediakan.
Lalu, kami pun melanjutkan perjalanan pulang ke hotel. Sampai di hotel, kami pun menikmati dulu kue artis tersebut di ruang makan. Dan, rasanya memang sepremium harganya. Gak jauh-jauh bedalah sama kue artis yang udah saya coba di Bandung meski ukuran si Mande ini cenderung lebih kecil dengan bentuk segitiga 😁
Itulah hari kedua saya di Padang. Meski tidak banyak "penjelajahan" tapi sangat memuaskan. Urusan akademis selesai, perut pun super kenyang. Besok harinya di hari ke-3, saya dan Bu Emma siap mengikuti tur yang diadakan panitia seminar ke Bukittinggi dan sekitarnya.
Salah satu sudut Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas |
Saya berangkat dari hotel Alifa Syariah di Jalan Bundur menuju kampus dengan menggunakan ojek online berplatform Gojek. Kebetulan, Gojek baru beberapa waktu beroperasi di Padang. Beruntungnya, di seluruh pojok kota sudah berseliweran Gojek dengan atributnya. Jadinya, saya bisa leluasa bepergian dan mudah menuju spot mana saja yang saya mau.
Beda jauh dengan Bandung. Sampai sekarang, saya masih tidak nyaman bepergian dengan transportasi online, khususnya ojek. Itu karena ojek konvensional dan angkot yang masih belum bisa membuka pikiran dan mata hati mereka untuk bersaing. Jadinya, tidak mudah menggunakan layanan Gojek, Grab, atau Uber, khususnya di banyak kawasan yang masih tergolong zona merah. Konsumen berasa kriminal karena harus kucing-kucingan, sopirnya juga kasihan karena harus "mempertaruhkan" keamanan dan keselamatan. What a Smart city (wanna be!).
Presentasi dari Tan Sri Dr. Rais Yatim |
Ada kesan tersendiri mengikuti seminar ini dibanding seminar lain yang biasa saya ikuti. Karena seminarnya tentang kebudayaan, maka nuansa Padang kental sekali. Pembicara kuncinya salah satunya Tan Sri Dr. Rais Yatim, mantan menteri luar negeri Malaysia yang juga keturunan Minangkabau. Rasi membahas pentingnya pelestarian budaya serumpun, khususnya budaya Minang. Di antara dengan memiliki kesadaran bahwa pendidikan seharusnya tidak harus selalu berorientasi ke Barat, melainkan nilai-nilai "Timur" yang kita miliki bisa digali sebagai sumber pengajaran dalam pendidikan tinggi kita. Selain itu, Rais juga mengingatkan untuk selalu menjaga bahasa Melayu sebagai lingua franca dan melestarikan bahasa daerah, termasuk bahasa Minang yang saat ini mulai ditinggal anak zaman sekarang (bilang kids zaman now, better you go! hehe).
Baso Malang dan Kue Artis
Selesai mengikuti seminar, para presenter sebenarnya diundang untuk makan malam di sebuah restoran hidangan laut malam nanti. Seminar sendiri baru selesai pukul 17.00 WIB. Bu Emma ngajak saya buat cari makanan berhubung makan siang dari panitia berupa aneka makanan Padang yang super laziz belum mengenyangkan perut kami. Kudapan ringan dari panitia pun ajib-ajib sampe-sampe Bu Emma pengen beli kue serupa dan nanya kontak si penjualnya ke Uni Rika. Tapi, memang pada hakikatnya saya dan Bu Emma memang sama-sama pecinta segala macam makanan :D
Kue Artis Bandung ada di Padang. Minang Mande Cake. |
Setiba di Bakso Malang Mas Pepen, kami langsung pesan dua porsi bakso Malang plus jus. Ternyata pilihan menunya banyak. Tempatnya pun ramai tapi cukup nyaman karena tidak terlalu berisik. Tampaknya orang-orang baru pulang kerja dan mampir ke bakso Malang yang ternyata rasanya beneran sesuai rekomendasi. Sambil ngobrol-ngobrol, Bu Emma tiba-tiba terpikir buat beli kue artis yang sepanjang jalan baligo-nya banyak dipampang. Maklum, artisnya ganteng kayak Dude Herlino. Dan, memang ternyata beneran dia.
Terus, kami searching alamat kue artis yang namanya Lapis Nantigo itu. Begitu googling, ternyata ada kue artis lain juga yang lagi hits di Padang, meski si artisnya juga sebenarnya tetangga kami, sama-sama orang Sunda, hehe. Setelah membandingkan tampilan dan strategi tim marketing dalam memvisualisasikan kenikmatan yang mereka janjikan, pilihan jatuh ke Minang Mande Cake "milik" Rossa. Foto kuenya lebih terlihat menggiurkan :lol: Kami pun berencana langsung membeli Minang Mande Cake itu setelah pulang dari Mas Pepen.
Air terjun Lembang Anai, salah satu destinasi tur besok hari 😊 |
Lalu, kami pun melanjutkan perjalanan pulang ke hotel. Sampai di hotel, kami pun menikmati dulu kue artis tersebut di ruang makan. Dan, rasanya memang sepremium harganya. Gak jauh-jauh bedalah sama kue artis yang udah saya coba di Bandung meski ukuran si Mande ini cenderung lebih kecil dengan bentuk segitiga 😁
Itulah hari kedua saya di Padang. Meski tidak banyak "penjelajahan" tapi sangat memuaskan. Urusan akademis selesai, perut pun super kenyang. Besok harinya di hari ke-3, saya dan Bu Emma siap mengikuti tur yang diadakan panitia seminar ke Bukittinggi dan sekitarnya.
2 Komentar
Kapan saya bisa jelajah...
BalasHapusBacaan yang bermanfaat sekali.
Mantap mas Dosen yang satu ini😎
BalasHapusSilakan tinggalkan komentar.