Menikmati Pagi di Alun-alun Cianjur

Alun-alun Cianjur kian hari kian indah tertata. Kalau dulu, yang ada hanya sebidang tanah gersang, kini orang-orang kian senang menghabiskan waktu di pusat kota tersebut. Meski tidak terlalu luas, alun-alun jadi tempat favorit saya untuk jogging di pagi hari. Hawanya sejuk, udaranya masih segar, meski makin siang, pemandangan kian disesaki pedagang yang berjajar tak teratur.

Cianjur, sebuah kota kecil di Jawa Barat. Sebenarnya Kabupaten Cianjur mencakup wilayah yang luas yang terbentang dari Kecamatan Cidaun di ujung selatan yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia hingga kecamatan Cipanas yang terkenal dengan potensi pariwisatanya. Namun demikian, Cianjur, sebagai ibukota kabupaten, hanyalah kota kecil. Meski saya tidak tahu berapa luasnya, setidaknya berkeliling Kota Cianjur tidak sampai memakan waktu sejam dengan sepeda motor. Itu pun kalau gak pake acara mampir sana sini. Silakan mulai dari Sadewata (arah Bandung), Ramayana, Cikidang, Pasir Hayam, Rancagoong, Hipermart, By Pass, sampe ketemu lagi Ramayana. Cuma segitu doang hehehe.

Seperti halnya kota-kota lainnya, tata kota Cianjur kurang lebih hampir sama dengan tata kota lain khas peninggalan kerajaan zaman dahulu. Pusatnya di masjid agung, di depannya alun-alun dan pasar rakyat, juga pendopo tempat ngantornya Pak Bupati. Sebelah pendopo, dulu ada gedung DPRD yang sekarang berganti jadi museum kebudayaan Cianjur. Kan, anggota DPRD-nya udah hijrah ke gedung yang lebih nyaman dan representatif (pokoknya lebih wah lah …). Siapa yang membiayai? Tentu rakyat dong!


Balik lagi ke alun-alun. Ya, alun-alun Cianjur kian hari kian sedap dikunjungi. Dengan konsep taman, alun-alun terdiri jogging track, air mancur, tempat duduk, area bermain anak, dan jalan setapak yang dibuat dari batu-batu kali. Biasanya itu jadi favorit nenek, kakek, ibu-ibu, dan bapak-bapak. Tapi saya juga doyan kok hehe. Katanya sih, jalan di atas jalan batu kali itu berkhasiat menyembuhkan reumatik, penyakit yang paling tren di kalangan usia lanjut—meski ada juga anak-anak yang kena.


Biasanya, kalau saya lagi di rumah, setiap pagi tidak melewatkan jogging di alun-alun. Letaknya memang cukup jauh, paling sekitar 4 km-an lah kayaknya. Saya biasa mulai jogging sekitar jam 6 pagi. Sampai di alun-alun, saya biasanya melakukan pemanasan sebentar lalu lari keliling alun-alun, ya … kayak orang lagi thawaf ngelilingin air mancur. Di hari-hari biasa, alun-alun akan sepi, gak terlalu banyak orang. Paling juga ada beberapa orang yang sengaja nongkrong pagi sambil mendengarkan ceramah dari masjid agung yang berhadap-hadapan langsung.

Berbeda dengan hari Minggu. Biasanya pukul 7, alun-alun makin ramai dikunjungi. Anak-anak biasa bermain bola di area rumput. Ada yang datang bareng keluarga. Ada yang berdua-duaan mesra. Ada juga yang rombongan bareng teman-teman. Bahkan, pedagang-pedagang mulai membuat saya tidak nyaman. Kenapa? Karena banyak di antara mereka yang menjajakan dagangannya justru di jogging track yang tentu bakalan menghalangi pejalan kaki, apalagi yang sedang lari pagi. Apalagi penjual maranggi—sate khas Cianjur—yang asapnya kemana-mana. Jadi, kalau saya sedang lari lewat tukang maranggi, setting berubah dramatis, kayak aktor-aktor yang maen film di Indosiar. Berasap-asap gimana gitu.


Selain itu, yang paling tidak menyenangkan jika banyak orang adalah kesadaran untuk tidak merokok yang masih sangat minim. Masih banyak orang yang merokok. Alun-alun yang terbilang sempit membuat tidak nyaman bagi pengunjung seperti saya jika banyak orang yang merokok. Selain rokok, tindakan yang disayangkan adalah ulah oknum yang bertanggung jawab yang merusak sarana prasarana, termasuk yang suka corat-coret gak jelas. Hmm, sebetulnya sih kalo yang ini saya cuma bisa senyum kecut. Hey, this is Indonesia! Kayaknya gak berasa eksis kalo belum nyorat-nyoret fasilitas umum. Apa jangan-jangan mereka blogger yang keranjingan ninggalin jejak di suatu tempat yang udah dikunjungin? Haha, tentu tidak kayaknya.

Itulah alun-alun Cianjur di kala pagi. Tempat yang nyaman untuk dikunjungi setiap pagi, apalagi hari-hari biasa. Namun, sebagai warga Cianjur yang suka menikmati fasilitas umum di daerahnya, saya cuma bisa berharap agar pemerintah ataupun instansi terkait lebih memerhatikan pemeliharaannya. Memang setahu saya, tidak ada pengawasan yang terlihat. Orang naik-naik ke kolam air mancur, padahal jelas-jelas pintunya dikunci. Orang-orang yang merokok. Orang yang kencing sembarangan. Sampai masalah sampah sembarangan yang masiiiih saja gak bisa hilang. Jangan dulu berpikir ini Singapura yang tak perlu pengawasan di tempat umum. Jadi, memang aturan dan pengawasan perlu diperketat biar orang-orang benar-benar bisa belajar mengubah citra Indonesia.

Keterangan: foto dokumentasi pribadi.

Posting Komentar

0 Komentar